Sunday, June 5, 2011

Siapa Temanmu Menurut Pandangan Al Ghazali



Manusia itu adalah makhluk sosial. Artinya, mereka sepanjang hidupnya memerlukan kehadiran orang lain agar dapat menyelenggarakan kebutuhan hidupnya sehari-hari alias selalu memerlukan teman. Teman bisa diperoleh dalam keluarga sendiri, atau orang di luar kelompok keluarga. Kita sebagai manusia sepatutnyalah bisa bergaul dengan siapa saja. Tapi, Islam memberi tuntunan bahwa untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi diri kita dan agama kita, maka sepatutnyalah kita pandai memilih pada siapa saja kita bergaul lebih akrab dengan teman kita dalam lingkungan pergaulan yang luas tersebut. Nabi SAW bersabda:”Manusia itu menurut agama temannya. Maka hendaklah diperhatikan olrh seseorang di antara kamu akan orang yang akan diambil menjadi temannya.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Al Hakim dari Abu Hurairah dengan sanad shahih)

Al Ghazali, dalam bukunya Ihya’ Ulumiddin mengatakan bahwa ada lima perkara pada orang yang patut dipilih menjadi teman. Yaitu berakal, baik budi pekerti, tidak fasiq, tidak berbuat bid,ah dan tidak loba kepada dunia. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Berakal.
Akal adalah pokok dan itulah asalnya. Tak ada kebajikan berteman dengan orang bengal. Kesudahannya, akan kembali kepada keliaran hati dan putus silaturrahim, walaupun persahabatan itu telah berjalan lama. Orang bengal itu kadang-kadang mendatangkan kemelaratan kepadamu, sedang maksudnya mendatangkan kemanfaatan kepadamu danmenolong kamu, dimana sebenarnya, ia tidak tahu. Yang dimaksud dengan orang “berakal” ialah orang yang memahami segala persoalan, menurut yang sebenarnya. Adakalahnya oleh dirinya sendiri dan adakalanya apabila diberi peringatan oleh orang lain.

2. Baik Budi Pekertinya
Baik budi pekertinya tidak boleh tidak harus dimiliki oleh siapapun yang menjadi teman kita. Karena banyaklah orang berakal, mengetahui segala sesuatu menurut yang sebenarnya. Tetapi apabila dia memiliki sifat pemarah, atau punya nafsu syahwat yang besar atau seorang pengecut, niscaya ia suatu saat mengikuti hawa nafsunya. Kalau sudah begini, ia akan melanggar apa yang sebenarnya diketahuinya. Hal ini terjadi akibat dari lemahnya kontrol dan pengendalian yang bersumber dari budi pekerti yang baik. Itu sebabnya patut bagi kita memperhatikan kebaikan budi pekerti teman kita.

3. Tidak Fasiq
Yang dimaksud disini dengan orang fasiq adalah orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Tidak ada faedah berteman dengannya karena orang tidak akan merasa aman dari tipuannya serta tidak dipercayai dengan kebenarannya. Ia selalu berubah dengan perubahan maksud-maksudnya.”Dan janganlah engkau turut orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami dan ia menurutkan hawa nafsunya.” (Qs Al Kahfi:28).”Oleh yang demikian itu, janganlah engkau dipalingkan daripada mempercayainya,oleh orang yang tidak percaya kepadanya serta menurut hawa nafsunya. (Qs Thoha: 16). ”Oleh karena itu, maka tinggalkanlah orang yang berpaling dari mengingat Kami dan ia tidak ingin, selain dari penghidupan yang rendah ini.” (Qs An-Najm: 29).”Dan turutlah jalan orang yang kembali kepada-Ku”(Qs Luqman: 15)

4. Tidak Berbuat Bid’ah
Berteman dengan orang yang berbuat bid’ah, maka berteman dengan dia, terdapat bahaya menjalarnya bid’ah itu dan berkembang kutukan bid’ah kepadanya. Umar ra telah berkata: “Haruslah kamu berteman dengan orang-orang benar! Kamu akan hidup dalam lindungan mereka. Sesungguhnya mereka itu, adalah hiasan pada waktu senang danperisai pada waktu susah. Letakkanlah persoalan saudaramu (temanmu) dalam keadaan yang sebaik-baiknya! Sehingga ia membawa kepada kamu, apa yang memenangkan kamu. Dan asingkanlah dirimu dari musuhmu danberhati-hatilah dari temanmu, kecuali yang kepercayaan dari kamu itu! Dan tidak ada yang kepercayaan, selain orang yang takut kepada Allah. Maka janganlah engkau berteman dengan orang dzalim, nanti kamu akan memperoleh pengetahuan dari kedzalimannya! Dan janganlah engkau perlihatkan kepadanya rahasia engkau! Dan bermusyarawarahlah tentang urusanmu dengan orang-orang yang takut kepada Allah!” (diriiwayatkan oleh Sa’id bin Al-musayyab). AlQamah Al-‘Atharidi didalam wasiatnya kepada anaknya, ketika ia hampir meninggal dunia. Ia berkata: ”Hai anakku! Apabila datang keperluan bagimu untuk berteman dengan orang, maka bertemanlah dengan orang, dimana apabila engkau melayaninya, niscaya ia menjaga engkau! Dan jiikalau engkau menemaninya, niscaya ia menimbang dengan penghargaan akan engkau. Dan jikalau engkau memerlukan perbelanjaan, niscaya ia membelanjai engkau. Bertemanlah dengan orang, a[abila engkau mengulurkan tanganmu kepadanya dengan kebajikan, niscaya iapun mengulurkannya. Jikalau ia melihat daripadamu kebajikan, niscaya diperkirakannya. Jikalau ia melihat kejahatan, niscaya ditutupkannya. Bertemanlah dengan orang, apabila engkau meminta padanya, niscaya diberikannya kepadamu. Dan kalau engkau berdiam diri, niscaya dimulainya memberikan kepadamu. Dan jikalau datang bencana kepadamu, niscaya ditolongnya kamu. Bertemanlah dengan orang, apabila engkau berkata, niscaya dibenarkannya perkataanmu. Dan kalau kamu berdua berusaha tentang sesuatu, niscaya dipentingkannya urusanmu. Dan kalau kamu berdua berselisih, niscaya diutamakannya kamu.”

5. Tidak loba kepada Dunia
Adapun berteman dengan dia adalah racun pembunuh. Karena tabiat (karakter) manusia ini, tertarik dan menyerupai. Duduk-duduk bersama dengan orang yang loba kepada dunia itu, dapat menggerakkan kelobaan. Dan duduk bersama orang yang zahid, dapat menggerakkan kkezuhuidan di dunia. Karena itulah, tiada disukai berteman dengan orang-orang yang mencari dunia. Dan disunnahkah berteman, dengan orang-orang yang gemar akan akhirat. Berkata Ali ra: ”Hidupkanlah ketaatan dengan duduk-duduk brsama orang yang disegani.” Berkata Ahmad bin Hanbal ra: ”Tiada yang menjatuhkan aku ke dalam bencana, selain karena berteman dengan orang yang aku tidak malu kepadanya.” Berkata Lukman: ”Hai anakku! Duduk-duduklah dengan ulama dan berdesak-desaklah kepada mereka dengan kedua lututmu. Karena sesungguhnya hati iti hidup, dengan pengetahuan tinggi (ilmu hikmah), sebagaimana tanah mat hidup dengan banjir dari hujan."

No comments:

Post a Comment